Friday, June 14, 2013

Miskin??? Adakah standarnya??


Miris melihat fenomena di negeri ini. Semua orang berbondong-bondong menyebut diri mereka miskin, hanya untuk bantuan yang tak seberapa dari pemerintah. Parahnya lagi mereka bangga dengan predikat itu.

Fenomena menarik adalah ketika ada beasiswa bertebaran di kampus saya. Salah satu Perguruan Negeri di Bandung yang mencantumkan Islam sebagai nama Universitas dan merupakan salah satu PTN termurah di Bandung. Ya, SPP hanya 600ribu per semester. Biaya ini bahkan lebih murah dibandingkan dengan SPP saya sewaktu SMA.

Sebagai mahasiswa bukan rahasia lagi bahwa begitu banyak beasiswa bertebaran dari berbagai instansi negeri ataupun swasta untuk para yang membutuhkan. Bukankah semua orang berhak? Asalkan memenuhi persyaratan, saya rasa semua orang bisa mendapatkannya. Bukan begitu?

Tapi kejadian menarik terjadi pada saya. Saya terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Saya memang bukan tergolong mahasiswa yang jenius dengan IPK mendekati 4,00.  IPK saya sampai semester 6 itu hanya 3,16. Saya akui itu kecil, karena jujur saya merasa terbebani dengan banyaknya Mata Kuliah Umum yang wajib diambil dan kekurangan saya yang lemah pada bidang Keagamaan. Tapi saya tak
mengeluh, saya berusaha memperbaiki dengan menonjolkan kemampuan saya di bidang fisika.

Rekor IP 3,75 saya diraih ketika semester 5 yang hampir semua mata kuliah yang berbau fisika. Suatu pencapaian yang luar biasa bagi saya, karena itu sebagai pembuktian bahwa saya bisa dan saya mampu. Saat semester 4 pun saya sudah mulai mengajar privat ke rumah-rumah. Skill mengajar saya lebih terasah dari pada hanya sekedar materi di kelas. Ada sedikit harapan bahwa dengan demikian kesempatan saya mendapatkan beasiswa akan lebih mudah. Tapi… kenyataannya??? TIDAK.

Miris memang. Saat ada beasiswa “PRESTASI” dan “TIDAK MAMPU” bertebaran di kampus saya dan saya tidak bisa masuk ke salah satunya. Untuk prestasi jelas, karena IPK saya kurang dari 3,5o. Saya terima dengan lapang dada. Nah, untuk yang tidak mampu saya juga ditolak dengan alasan saya sudah berpenghasilan dan dianggap sudah mampu. Padahal pernghasilan saya per bulan tidak besar dan tidak menentu, hanya sekedar untuk membiayai biaya hidup saya.

Saya mulai bertanya-tanya, sebenarnya kriteria seperti apa yang dikatakan TIDAK MAMPU atau MISKIN ini? Apakah anak seorang PNS masih bisa dibilang TIDAK MAMPU? Apakah anak/kolega staf akademik juga digolongkan TIDAK MAMPU? Apakah seorang anak pejabat juga dikategorikan TIDAK MAMPU?

Kalo dipikir-pikir mereka semua masih lebih beruntung dari pada saya. Saya ini hanya anak seorang buruh. Ibu sya bekerja di PT EWINDO dengan gaji sekitar 1,5 juta per bulan. Ayah saya hanya wiraswasta yang gajinya tak tentu setiap bulannya. Saya bisa sekolah pun itu berkat usaha Ibu saya “gali lobang tutup lobang” mencari pinjaman. Tapi ketika mengajukan beasiswa saya ditolak karena saya digolongkan MAMPU.

Bukankah saya juga WNI? Bukankah setiap orang berhak menerima Pendidikan? Bukankah setiap orang punya kesempatan yang sama untuk mendapakan dana hibah itu? Lantas mengapa semua itu begitu sulit bagi saya?

Astagfirullah… Saya bukannya tidak bersyukur atas segala nikmat yang  sudah Allah SWT kasih untuk saya. Bukan uangnya yang saya mau, saya hanya ingin transparansi dan keadilan. Kalo bisa dibuat undang-undang yang membahas tentang “Kritetia Rakyat TIDAK MAMPU atau MISKIN” mungkin lebih bagus. Agar tak ada lagi rakyat yang terdzalimi dengan kriteria TIDAK MAMPU ini.

0 komentar:

Post a Comment